Jumat, 08 Mei 2020

KERATON KASEPUHAN CIREBON, AWAL PERIODE MASUKNYA ISLAM DI NUSANTARA

Keraton Kasepuhan Cirebon merupakan keraton terbesar dan tertua di kota ini. Mulai didirikan tahun 1529. Selain memiliki pemandangan cagar budaya yang eksotis, banyak sekali pesan dan ilmu yang didapatkan saat berkunjung ke Keraton Kasepuhan Cirebon.


Keraton Kasepuhan Cirebon, keraton terbesar dan tertua di kota cirebon
Keraton Kasepuhan Cirebon. Image via: bisnis.com

Keraton Kasepuhan Cirebon memiliki arsitektur yang unik. Meski sebagai kesultanan Islam, beberapa elemen bangunan di keraton ini dipengaruhi Hindu. Misalnya pada bentuk gapura dan bangunan lainnya. Pengaruh Tiongkok juga tampak di keraton ini. Hal itu tampak pada ornamen di dinding keraton, yang menggunakan keramik dan beragam motif yang khas.
Salah satu koleksi penting di Keraton Kasepuhan adalah Kereta Singa Barong yang dahulu menjadi kendaraan kebanggaan kesultanan. Kini kereta tersebut memang tak lagi digunakan, tapi masih dianggap sakral. Kereta Singa Barong dimunculkan ke hadapan khalayak luas untuk disucikan, sekali setiap tahun, yakni pada 1 Syawal dalam kalender Islam.
Keraton Kasepuhan memiliki bangunan-bangunan sisa Kerajaan Cirebon yang bisa menjadi daya tarik wisata di Keraton Kasepuhan.
Bangunan seperti Bangsal Panembahan, Bangsal Parabayaksa, Bangsal Pringgadani, Gajah Nguling, Jinem Pangrawit, Jinem Arum, Langgar Alit, Bunderan Dewan Daru, Museum Kereta Barong, Gapura Gledegan, Langgar Agung, Gapura Loncenga, Siti Inggil, Lapangan Giyanti, Jembatan Pangruwit, dan Pancaratna semua dijadikan objek wisata yang banyak dilirik wisatawan lokal maupun asing.

Icon keraton Kasepuhan Cirebon. Penggunaan macam mungkin ada hubungan dengan masa galuh, saat harimau dipadang sebagai pengawal prabu siliwangi.
Patung ikon Keraton. Image via: @toadjie


Sejarah Keraton Kasepuhan Cirebon


Keraton Kasepuhan terdiri dari dua komplek bangunan bersejarah. Yakni Dalem Agung Pakungwati yang didirikan pada tahun 1430 oleh Pangeran Cakrabuana dan komplek keraton Pakungwati . komplek keraton Pakungwati  inilah yang sekarang disebut keraton Kasepuhan, yang didirikan oleh Pangeran Mas Zainul Arifin pada tahun 1529 M.
Pangeran Cakrabuana bersemayam di Dalem Agung Pakungwati, Cirebon. Keraton Kasepuhan dulunya bernama Keraton Pakungwati. Sebutan Pakungwati berasal dari nama Ratu Dewi Pakungwati binti Pangeran Cakrabuana yang menikah dengan Sunan Gunung Jati.
Dewi Pangkuwati wafat pada tahun 1549 dalam Mesjid Agung Sang Cipta Rasa, dalam usia yang sangat tua. Nama beliau diabadikan dan dimuliakan oleh nasab Sunan Gunung Jati sebagai nama Keraton yaitu Keraton Pakungwati yang sekarang bernama Keraton Kasepuhan.

Lokasi Keraton Kasepuhan Cirebon

Keraton Kasepuhan berada di Jl. Kasepuhan No. 43, wilayah Kampung Mandalangan, Kelurahan Kasepuhan, Kecamatan Lemahwungkuk, Cirebon, Jawa Barat.

Jineng arum Keraton Kasepuhan merupakan ruang tunggu bagi pangeran saat hendak bertemu raja.
Gerbang Jineng Arum. Image via: arumsilviani.com

Letak situs heritage tersebut dapat dikatakan strategis karena dekat dengan Stasiun Cirebon yang jaraknya sekitar 3,4 km atau 3,9 km dari Terminal Harjamukti.

Rute Menuju Keraton Kasepuhan Cirebon

Rute Perjalanan Menuju Keraton Kasepuhan Cirebon sama sekali tidak sulit. Karena lokasi obyek wisata sejarah ini relatif di tengah kota. Sehingga selain dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan pribadi dapat juga dengan memanfaatkan transportasi umum.
Pengunjung yang berangkat dari Jakarta dengan menggunakan kendaraan pribadi, bisa masuk ke Tol Cikampek dilanjutkan ke Tol Cipali dengan jarak sekitar 103 km. Exit dari Tol Cipali menuju ke Tol Palimanan – Kanci dan keluar di pintu kedua Tol Plumbon.
Saat keluar dari Tol Plumbon, pengunjung sudah berada di wilayah Cirebon. Selanjutnya tinggal mengikuti rambu petunjuk arah untuk sampai ke alamat yang dituju.
Meriam Keraton kasepuhan Cirebon. Koleksi meriam lain dari berbagai negara bisa dilihat di dalam museum
Meriam istana. Image via: gotravelly.com

Bagi pengunjung yang memilih menggunakan kereta api, dari Jakarta dapat menuju ke Stasiun Gambir dan naik KA Cirebon Express atau KA Argo Jati lalu turun di Stasiun Cirebon. Dapat juga dengan menuju ke Stasiun Senin lalu naik KA Tegal Express, Matramajaya, Tawang Jaya atau KA Majapahit dan turun di Stasiun Perunjakan Cirebon.
Pada kedua stasiun yang ada di Cirebon tersebut perjalanan bisa dilanjutkan dengan menggunakan angkot.
Untuk yang memilih menggunakan bus, dari Jakarta bisa menuju ke Terminal Pulogadung, Kampung Rambutan, Pasar Minggu serta beberapa terminal lain yang menyediakan bus antar kota jurusan Cirebon. Sesampai di Terminal Harjamukti Cirebon, lanjutkan perjalanan dengan menggunakan angkot.

Jam Buka Keraton Kasepuhan Cirebon

Keraton Kasepuhan Cirebon dibuka untuk kunjungan wisatawan mulai jam 08:00 pagi sampai ditutup jam 18:00 sore.
Suasana keraton kasepuhan cirebon di malam hari
Malam di Keraton. Image via: dailysocial.id

Tiket Keraton Kasepuhan Cirebon

Unutk masuk kompleks keraton,s erta mencicipi keagungan masa lalau Jawa Barat, pengunjung dikenakan tiket masuk sebesar Rp. 15.000. Untuk pengunjung berstatus pelajar, tiketnya Rp 10.000.

Fasilitas Keraton Kasepuhan Cirebon

Fasilitas yang disediakan secara umum yaitu sarana ibadah, toilet, parkir, dan sarana kebersihan. Ada juga bangsal pagelaran untuk tempat diadakan acara penting. Ditambah lagi, ada pemandu wisata, kuliner khas Cirebon, dan tak lupa toko souvenir.

Daya Tarik Keraton Kasepuhan Cirebon

Sebagai sebuah peninggalan sejarah peradaban besar, dengan luas 26 hektar, tentu ada sangat banyak daya tarik keunikan yang dimiliki keraton Kasepuhan Cirebon ini. Pada kesempatan ini kami mencoba menceritakan beberapa saja diantaranya.
  1. Keunikan Tatanan Jalan Masuk Keraton

Keberadaan sungai did alam lingkungan keratonmenjadi lambang laut, yangdalam struktur filosofi jawa selalu memegang peranpenting
Pembersihan sungai keraton. Image via:kumparan.com
Di sekeliling kompleks Kasepuhan, terdapat aliran air sebagai representasi laut. Hal ini memiliki arti kerendahan dan keluasan hati. Sebelum masuk ke keraton, pengunjung juga akan melewati jembatan di atas sungai kecil.
Setelah melewati jembatan, pengunjung akan tiba di bagian depan keraton. Pada area ini terdapat taman kecil yang cantik dengan tanaman berwarna – warni. Tak lupa, pagar bata mengelilingi taman tersebut yang menjadi ciri khas keraton.
Unsur budaya Hindu, Budha, dan Tiongkok pun terlihat jelas di sini. Dimana terdapat gapura bergaya Hindu Buda sebagai gerbang masuk. Untuk interior Tiongkok, gaya yang khas adalah tembok yang ditempeli keramik khas Tiongkok.
  1. Keindahan Arsitektur

Memasuki kawasan Keraton, pengunjung akan disambut interior khas yang menawan. Bangunan yang di cat dominan warna putih berpadu dengan tembok bata yang khas. Ditambah lagi, taman penuh dengan pepohonan dan rumput hijau.
Lingkungan keraton masih sangat asri, terawat dan tertata dengan rapi. Bangunannya masih berdiri kokoh seperti dahulu kala. Dikelilingi dengan tembok bata yang membuatnya terlihat aman.
Pada bagian dalam keraton, terdiri dari bangunan utama serta singgasana raja. Ada pendopo yang menjadi ciri khas bangunan keraton. Ada juga bangunan museum yang menyimpan berbagai benda bersejarah peninggalan keraton.
  1. Akulturasi Agama Dan Budaya

akulturasi 3 kebudayaan di keraton Kasepuhan Cirebon. bentuk gapura yang jelas pengaruh hindu, keramik dan fengsui dari unsur china, diisi dengan iman tauhid.
Arsitektur Hindu+Keramik china+Iman Islam=Kasepuhan. Image via: industry.co.id
Istana kesultanan Cirebon ini memadukan unsur dari berbagai agama dan budaya dalam bangunannya. Keraton ini memadukan unsur budaya Jawa, Eropa, dan Tiongkok. Sementara 3 agama yang berpadu adalah agama Islam, Hindu, dan Budha.
Perpaduan ini ditunjukkan dalam bentuk bangunan serta adat yang dilakukan dalam keraton. Meski begitu, ajaran yang diajarkan pada keraton tetaplah ajaran agama Islam. Meski begitu, keharmonisan antar agama dan budaya tetap terjaga.
Agama Islam digambarkan pada jumlah tiang penyangga pendopo. Ada yang berjumlah 5 melambangkan rukun Islam, dan berjumlah 6 melambangkan rukun iman. Untuk unsur budaya Tiongkok, diwujudkan dalam penataan kompleks yang didasarkan pada Feng Shui.
Ada banyak bangunan di dalam kompleks keraton. Beberapa diantaranya adalah bangunan seperti Bangsal Panembahan, Bangsal Parabayaksa, Bangsal Pringgadani, Gajah Nguling, Jinem Pangrawit, Jinem Arum, Langgar Alit, Bunderan Dewan Daru, Museum Kereta Barong, Gapura Gledegan, Langgar Agung, Gapura Loncenga, Siti Inggil, Lapangan Giyanti, Jembatan Pangruwit, dan Pancaratna.
  1. Museum Pusaka

kereta pusaka Keraton Kasepuhan Cirebon. dengan usnur utama, naga, garuda, dan Gajah.
Kereta Pusaka. Image via: kompasiana.com
Keraton Kasepuhan Cirebon memiliki bangunan museum yang dapat dikunjungi oleh wisatawan. Di dalamnya, pengunjung dapat melihat berbagai pusaka peninggalan masa lalu. Semua masih terawat dengan sangat baik.
Penempatan pusaka di museum berdasarkan periode waktu, dimulai dari koleksi terlama. Dengan cara tersebut, pengunjung seakan memasuki sejarah Keraton Cirebon. Mulai dari Pangeran Cakrabuana pada masa Galuh Pajajaran, masa Sunan Gunung Jati, hingga Sultan Cirebon setelahnya.
Pangeran Cakrabuana di abad XIII-XIV bisa dikenali lewat tinggalan pusaka antara lain Keris Sempana, Keris Brojol, Keris Sempaner, Keris Pandita Tapa, Keris Santan, dan Keris Bima Kurda.
Senjata khas Sunda yaitu Kujang Wayang pada masa Galuh Pajajaran dengan bentuk yang begitu artistik juga ditampilkan. Badik, senjata yang selama ini identik dengan Sulawesi, juga ternyata sudah ada sejak masa Prabu Siliwangi ini.
Pusaka Keraton Kasepuhan yang dipamerkan di ruang pamer museum
Pusaka Keraton. Image via: pejalansantai.com
Pengunjung juga bisa menyaksikan senjata pusaka dari tokoh paling terkenal Kesultanan Cirebon, Sunan Gunung Jati. Tokoh utama penyebar agama Islam di daratan Jawa ini meninggalkan sejumlah pusaka yang dibuat pada masa 1479-1597 M yaitu Keris Dholog, dan Keris Tilam Upih.
Yang paling terkenal, kereta kencana Singa Barong, yang menjadi kendaraan Sunan Gunung Jati. Singa Barong merupakan perpaduan dari tiga unsur kebudayaan dan agama. Yaitu Indonesia, India, dan Tiongkok.
Singa Barong merupakan karya dari Panembahan Losari pada tahun 1529. Bentuknya pun berasal dari perpaduan 4 bagian hewan, yaitu naga (kepala), garuda (sayap). Serta tambahan gajah pada belalai, dan singa atau macan pada tubuh, kaki, dan mata.
gedung museum pusaka keraton kasepuhan Cirebon
Gedung Museum. Image via: liputan6.com

Objek Wisata Dekat Keraton Kasepuhan Cirebon

Cirebon dikenal sebagai kota bersejarah panjang. Kota ini memiliki segudang tinggalan sejarah yang layak untuk dikenal dan dipelajari. Selain keraton Kasepuhan, dalam jarak kurang dari 1 km saja, juga terdapat objek wisata keraton. Ada keraton Kanoman yang berjarak 400 meter saja, dan sedikit lebih jauh berjarak 600 meter, ada keraton Kacirebonan.
Bagi yang tertarik dengan wisata religi, dalam jarak 1 km dari keraton kasepuhan, terdapat mesjid dengan arsitektur cukup unik. Bangunan mesjid  memiliki unsur nuansa Hindu. Ini mengingatkan pada mesjid agung demak. Mesjid itu bernama Mesjid Merah Panjunan.
Demikian pemaparan mengenai keraton kasepuhan Cirebon. Semoga bisa menarik minat rekan-rekan untuk merencanakan kunjungan ke tinggalan sejarah dari peradaban besar tanah sunda ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Lirik Lagu Boy With Luv-BTS

2019. Lagu berjudul Boy with Luv dipercaya sebagai title track utama di album Map of the Soul: Persona. Di lagu ini BTS mendapat kesempat...