Ungkapan Penduduk Asli Kaki Gunung Ciremai
Di dalam perjalanan dalam angkutan umum Kami berempat melihat kearah puncak Gunung Ciremai terus terang dihati Saya pada saat itu, Saya dalam hati mengucap,
"Alhamdulillah ya Allah Saya sudah di keluar kan dari Gunung itu, Saya tidak akan ingin lagi ke puncak sana, terima kasih ya Allah atas semua pertolonganmu Kami semua berempat bisa selamat Amin..!”
Selama perjalanan diangkutan umum yang Kami naiki orang-orang yang ada diangkutan umum itu kebanyakan orang-orang sudah tua (Nenek dan Aki-aki) mungkin mereka mau belanja kekota atau mau menjual hasil kebunnya. Di dekat Kami ada seorang nenek - nenek yang membawa pisang satu tandan yang kuning-kuning sudah matang dari pohonnya, tiba-tiba Naning mencolek Saya.
“Tis tanyain sama nenek itu gih pisang nya mau di jual ke pasar apa gak klo boleh gw minta tuh pisang enak banget kayanya?”
Karena Naning tidak bisa berbahasa sunda akhirnya. Saya pun menanyakan kepada nenek itu.
"Ni punten cau na bade di ical kapasar nya ni?”
"Heunteu jang, ujang palay amun palay mangga!” Balas si Kenek Bus.
"Apaan katanya Tis?” Tanya Naning kebingungan.
"Gak Ning, pisang itu gak di jual ke pasar, klo lo mau, ambil aja kata nenek itu!” Jelas saya.
Naning langsung meminta izin kenenek itu,
"Nek Saya minta pisang nya yah Nek?”Kata Naning memohon.
“Mangga jang”. Jawab si Nenek.
Naning langsung mengambil satu pisang itu dan memakan nya,
"Enak pisangnya Nek, terima kasih yah Nek, pisang nya!”
Kemudian disaat Naning sedang memakan pisang yang ia minta, ada seseorang laki-laki sudah tua yang berada didekat Kami mulai bertanya kepada Kami.
"Ujang - ujang tos timana?”
Karena lelaki tua itu menggunakan bahasa sunda akhirnya Saya yang menjawabnya karena ketiga kawan Saya tidak mengerti (terjemahan).
"Ade - ade sudah dari mana?” Kata si lelaki tua.
" Kami semua baru turun dari puncak sana Pak!”
Jawab saya sambil menunjukan jari kearah puncak Ciremai yang masih terlihat.
Jawab saya sambil menunjukan jari kearah puncak Ciremai yang masih terlihat.
"Untuk apa ade kesana dan ade semua dari kota mana?” Lelaki Tua itu bertanya kembali.
"Kami semua hanya ingin mendaki ke puncak saja Pak, untuk menikmati puncak Gunung karena memang itu hobi Kami pak, Kami semua dari Bekasi pak!"
"Tidak mungkin kalian semua tidak punya tujuan ke puncak sana, apalagi kalian jauh - jauh dari Bekasi hanya ingin ke puncak sana? Saya saja yang asli penduduk kaki Ciremai dari lahir sampai setua ini Saya di sini belum pernah sampai ke puncak Gunung Ciremai sana, sebenarnya kalian punya maksud apa, sampai badan kalian penuh dengan luka tidak mungkin hanya untuk mendaki saja?” Kata Si Lelaki Tua menjelaskan.
Saya bingung dengan pertanyaan lelaki tua itu dan orang-orang yang ada diangkot itupun termasuk ketiga kawan Saya hanya bisa mendengarkan walaupun kawan-kawan Saya hanya mengerti sedikit dari obrolan Saya dan lelaki tua itu.
"Benar pak Kami semua tidak memiliki maksud apa - apa ke puncak Ciremai sana Kami hanya pencinta alam, yang hobi Kami mendaki Gunung, badan Saya yang penuh luka ini karena Kami semua sudah tiga hari tersesat di Gunung itu pak, Alhamdulillah Kami semua bisa selamat!” Saya menjelaskan.
Seluruh penumpang yang ada di angkutan umum itupun terlihat terkejut setelah mendengar Kami tersesat selama tiga hari di Gunung itu karena Kami melihat dari mimik wajah mereka semua.
"Astagfirullahaladzim, oh begitu, kalian semua baru saja tersesat!” Kata Lelaki Tua terkejut.
"Ia Pak, kami sudah tiga hari tidak menemukan jalan keluar, dan Kami pun kehabisan perbekalan setelah tiga hari Kami baru bisa makan di warung tadi pak!"
"Astagfirullahalazim, untungnya kalian semua selamat karena setahu Saya dan warga sekitar kaki puncak Gunung Ciremai apabila tersesat di Gunung itu jarang sekali yang selamat, Saya kira sebelumnya kalian semua kepuncak Gunung itu untuk mencari ilmu”.
“Oh begitu Pak!" Kata saya.
“Jujur Kami semua takut dan kaget ketika kalian semua datang kewarung dengan kondisi yang penuh luka - luka dan memakan makanan seperti orang kelaparan karena itu Kami semua pun yang ada disana sungkan untuk bertanya pada kalian”. Jelas si Bapak Tua.
Oh kalau begitu ibu warung tadi kenapa ia sangat murah menjual makanannya karena ia sama seperti pemikiran bapak tua itu pasti dia mengira Kami orang mencari ilmu (bertapa) dari puncak Gunung sana, terjawablah sudah mengapa penduduk asli sekitar kaki Gunung Ciremai memperlakukan Kami seperti itu. Karena Gunung tersebut bukan hanya Gunung tertinggi dijawa barat saja imagenya, akan tetapi banyak juga sebagian orang menjadikan untuk tempat (bertapa) dan mencari ilmu dan sebagainya, oleh karena itulah sebabnya mereka ketakutan oleh Kami.
Tidak lama kemudian Kami sampai ke tempat pemberhentian angkutan umum desa itu, Kami semuapun yang tersisa di dalam angkutan umum itu turun semua melanjutkan tujuan masing-masing lelaki tua itu pun berucap,
"Hati - hati dijalan nya jang!”
Kami semuapun menjawab,
"Ia pak terima kasih!”
Lalu Kami menuju sebuah perempatan tempat angkot ngetem kearah terminal kuningan, uang yang tersisa di kantong Kami tidak cukup untuk ongkos pulang akhirnya Peking menyuruh Saya dan Encam menunggu didekat tukang gorengan karena Peking yang di temani Naning mau mencari mesin ATM untuk ongkos pulang, akhirnya Peking dan Naning mencari Mesin ATM terdekat. Saya dan Encam yang mengalami luka - luka yang masih mengeluarkan darah menunggunya diperempatan itu yang dekat tukang gorengan, dan tempat ngetem angkutan umum yang salah satunya keterminal kuningan. Saya dan Encam sambil menunggu Peking dan Naning yang belum tahu dimana mesin ATM itu berada, Saya berdua membeli beberapa gorengan dan yang uniknya Entah mengapa perempatan tadi yang ditongkrongi calo - calo atau pemuda - pemuda yang berada dijalan yang berpenampilan seperti preman yang warna rambutnya ada yang pirang, hijau dan badannya bertato mereka semua hanya melirik Kami persis seperti kejadian di warung tadi apabila mereka melirik Kami lalu Kami balasi melirik mereka semua cepat - cepat membuang pandangannya tiba - tiba satu persatu pergi dari tempatnya dan memilih menongkrong di sebrang jalan dari tempat Kami. Saya dan Encam saling bertanya,
" Kenapa yah orang - orang kok pada pergi yah, apa kita aneh yah cam?”
Kami berdua benar - benar merasa aneh dengan orang- orang yang ada dekat Kami sampai-sampai setiap orang yang melewati didekat Kami hampir tidak ada satupun yang tidak menoleh kearah Kami berdua.
Tidak lama kemudian Peking dan Naning datang ia sudah menemukan mesin ATM yang ia cari. Encam langsung mengatakan,
"King kayanya kita semua ke terminal gak bisa naik angkot dah, soalnya dari tadi pas gw nunggu lo berdua orang-orang kaya aneh ngeliatin gw berdua Utis, takutnya orang-orang gak mau naikin angkot yang kita naikin soalnya nih darah belum bisa berhenti, gimana kalo kita jalan aja sampai terminal?”
“Ayo kita lanjut jalan kalo begitu alasannya”. Jawab Peking.
Pengakuan Naning Bertemu Dengan Nenek-nenek di Lembah Ciremai
Kami semuapun melanjutkan perjalanan mengikuti arah angkutan umum yang keterminal, tetapi tetap saja selama Kami berjalan apabila bertemu orang yang berpapasan atau orang-orang yang berjalan didepan atau di seberang jalan, orang-orang itu memperhatikan Kami entah apa yang membuat mereka memperhatikan Kami, menurut Saya mungkin karena luka-luka yang ada ditubuh Saya dan Encam yang masih mengeluarkan darah. Saya berdua Encam menjadi perhatian mereka, Encam memiliki ide untuk membalut semua lukanya dengan perban yang Kami bawa kurang lebih Encam seperti mumi yang dibalut perban, Kami bertiga menertawakan Encam,
"Ha..ha....ha.. Cam lo kaya Mummi!"
Tetap saja Encam membalut lukanya dengan harapan bisa menghentikan darah yang keluar dari kaki dan tangannya.
Perjalananpun terus Kami lanjutakan tidak lama kemudaian perban putih yang membalut luka Encampun berubah menjadi pink karena lukanya masih mengeluarkan darah akhirnya Encam melepaskan perbanya.
Kami semua binggung mengapa luka Saya berdua Encam sangat sulit berhenti mengeluarka darah padahal sudah cukup lama waktu Kami keluar dari Gunung tersebut sampai saat ini Kami berjalan kearah terminal Kuningan, tidak lama kemudian saat Kami masih melanjutkan perjalanan menuju arah terminal tiba-tiba Naning berbicara kepada Kami semua.
"Sebenernya lo tahu gak pas waktu kita semua nginep di goa walet, abis gw kencing sama Utis abis itu sebenernya gw gak bisa tidur, lo semua gw dengerin dah tidur pules gw ngedenger ada suara langkah orang yang masuk ke dalam goa walet gw jelas baget ngedenger langkahnya kayaknya dia pake sepatu suaranya bener - bener jelas ( Pelak...pelak...plakkk..). Gw bener - bener ketakutan waktu itu gw cuma bisa meremin mata gw gak mau degerin tuh langkah eh gak lama kemudian ada suara geraman kaya macan (Heeee..mmm... ). Sumpah gw bener - bener ketakutan saat itu gw terus baca surat pendek yang sebisa gw, gak tahu pokoknya gw dimalam itu di dalam goa gak bisa tidur pules eh pas gw tidur gw mimpi ketemu nenek - nenek dia bilang kita bakalan tersesat tiga hari di Gunung ini”. Naning menjelaskan.
“Gak lama kita bangun semua karena dah pagi jadi sebenarnya kita tersesat sudah dikasih tahu lewat mimpi gw digoa walet, tapi sumpah gw gak berani nyeritain selama masih kita di Gunung Ciremai!”. Lanjut Naning.
Kami bertiga kaget mendengar cerita dari Naning, berarti benar waktu Peking seperti orang mengigau waktu ia baru bangun tidur digoa walet ia menyanyikan sebuah lagu yang Saya tidak tahu lagu siapa yang liriknya ada kata-kata,
"Aku tersesat di hutan Belantara ini!, kata - kata itu ada hubungannya dengan mimpi Naning di goa walet itu”.
Naning mengungkapkan lagi kejadian waktu malam kedua Kami menginap didekat air terjun, terus malam kedua kita waktu diriin tenda di dekat air terjun kenapa gw teriak-teriak ketakutan gw suruh lo semua gak boleh tidur gw bener-bener takut, malam itu habis ada burung yang menemplok persis di atas tenda gw bener-bener jelas ngeliat Nenek-nenek pake baju seperti jubah kaya dari klaras pisang atau bisa dikatakan memakai baju cumpang-camping bahkan terlihat seperti sisik ular, rambutnya panjang, dia persis ada didepan pintu tenda seakan-akan nenek tersebut mengucapkan ku makan kalian semua,
"Nih gw cerita ke elo sekarang sumpah gw sekarang merinding?”
Salah satu hal inilah yang menjadi tanda tanya Saya, akan Saya ceritakan dan jelaskan nanti selanjutnya. Gara-gara itu gw sumpah gak kuat bener-bener ketakutan lo pada masih tidur makanya gw langsung teriak–teriak.
"Allahuakbar...Lailahaillallah....!”
Gak lama langsung hilang itu Nenek – nenek, baru lo semua pada bangun itu gara-garanya gw teriak-teriak, benar-benar gw ketakutan, nah abis itukan kita semua berdo'a kumpul sambil duduk sampe pagi, sebelum pagi gw ngalamin yang aneh lagi gw bener-bener ngerasa nyata liat Subur (Sepupu Naning yang dekat sama dia) tiba-tiba Subur datang nyamperin gw ditenda dia datang di pintu tenda ngomong sama Gw.
"Ngapain ning lo di sini?”
“Tolongin gw Bur gw gak tahu jalan pulang?” Jawab Naning sambil menangis.
"Lo bisa pulang, gw kesini nyamper lo pulang Ning! Katanya, tiba - tiba subur hilang, tapi benar - benar nyata Subur datang ke tenda gw benar ngerasa aneh banget sama kejadian malam itu?”. Jelas Naning antusias.
Kami bertiga benar-benar kaget mendengar semua ungkapan dari Naning selama di Gunung Ciremai itu, sampai saat ini pun Kami tidak pernah mendengar ungkapan atau cerita dari Encam dan Peking apa yang ia alami selama Kami tersesat di Gunung itu, Saya sangat yakin dari Kami berempat memiliki kejadian yang dialami berbeda dengan yang lainnya. Karena pada waktu Encam memimpin perjalanan waktu Kami tersesat, Kami melihat Encam, apabila Kami menemukan jalan buntu, Encam selalu membenturkan kepalanya kepohon yang ada didepannya. Mungkin kalau Encam tidak menggunakan kupluk, pasti jidatnya juga terluka karena Encam membenturkan kepalanya ke pohon cukup keras dan ia baru berhenti membenturkan kepalanya apabila salah satu dari Kami menariknya untuk menjauhi pohon itu, entah apa yang di alami Encam sebenarnya pada waktu itu sampai saat ini ia tidak menceritakannya. Kami pun terus berjalan hingga Kami sampai ke terminal Kuningan, saat Kami baru sampai ke terminal Kami mencari bus jurusan Bekasi tiba-tiba lelaki lumayan sudah agak tua ia mendekati Kami dari mulut lelaki itu tercium bau alkohol yang menyengat lelaki itu berkata kepada Encam.
"Woy bajingan mau ke mana?”
Kami semua tidak ada yang menjawab Kami mencuekinya, lelaki itu tetap saja seperti mengajak ngobrol Kami.
"Jangan pura - pura gak ngerti kita sama - sama bajingan, gw tahu tuh lo banyak sobekan!”Teriak Lelaki Tua itu.
Akhirnya Encam dengan sangat marah menjawab,
"Bajingan bajingan lo yang bajingan! Luka gw ini karena kesasar! gw dah tiga hari gak ketemu orang! Lo dah tua banyak lagu lagi lo!”
Lelaki itu langsung berubah sikap, mungkin melihat Encam yang benar - benar marah kepadanya, dengan wajah memerah dan kedua bola matanya, saat itu Encam sambil memegang belati ditangannya, namun tidak di perlihatkan kepada lelaki tua itu, tiba - tiba lelaki itu berkata dengan agak sopan,
" Emang mau pada ke mana?.”
"Gw mau pada balik ke Bekasi, memang kenapa?” Jawab Encam.
"Ya udah tunggu di sini aja nanti gw berentiin kalo ada bus jurusan ke Jakarta lewat, nanti gak usah bayar!”.
Entah mengapa sikap lelaki itu berubah drastis padahal saat itu ada temannya tidak jauh dari Kami namun teman-temannya pun tidak ada yang merespon saat adu mulut dengan Encam, tidak lama kemudian bus jurusan Jakarta lewat dan lelaki itu menghentikannya, Kami semua naik kedalam bus lagi - lagi Kami menjadi pusat perhatian seluruh penumpang bus yang ada didalam. Kami berpencar karena kursi dibelakang yang kosong hanya dua Naning duduk didekat Saya Peking dan Encam mereka duduk terpisah didepan Kami, selama perjalanan orang yang didekat Kami hanya bisa melirik kepada Kami dan lagi - lagi apabila Kami menengoknya pasti mereka mengalihkan pandangannya bahkan Saya menawarkan cemilan yang Kami makan bapak-bapak yang persis disebelah Saya menolak langsung dan terlihat diwajahnya seperti ketakutan, dipertengahan jalan ada penumpang yang turun, entah bagaimana ceritanya seorang wanita (Embak-embak), yang persis duduknya disebelah Encam.
Ini sebuah ungkapan dari Encam. Embak itu selama diperjalanan melihat Encam dan Kami semua sangat tajam sorot matanya Encam pada awalnya tidak punya kecurigaan apa-apa kepada mbak - mbak itu, awalnya mbak itu tidak didekat Encam tetapi setelah penumpang banyak yang turun, kursi bus mulai banyak yang kosong. Encam merasa aneh jangankan seorang wanita lelaki saja enggan berdekatan dengan Kami karena keadaan Kami yang tidak wajar dengan penumpang lainnya penuh dengan luka dan masih ada beberapa luka yang mengeluarkan darah, apalagi mengajak ngobrol tetapi embak itu lain dari yang lain ia malah mengajak ngobrol menanyakan kepada Encam.
" Mas kalau mau turun di Karawang masih jauh ya mas?”
"Masih lumayan Mbak, nanti kalo sampe Cikampek mbak bisa turun disana karena mbak gak bisa turun di Karawang, bus ini lewat tol sampai ke Pulogadung!” Encam menjelaskan.
"Ia makasih yah mas, nah masnya sendiri mau turun dimana?”
" Saya mau turun di Bekasi mbak!” Jawab Encam.
Akhirnya bus yang Kami tumpangi sampai ke Cikampek. Anehnya, mbak itu tidak turun, padahal Encam sudah mengingatkan tetapi mbak itu malah menjawab,
"Saya mau turun di Cikarang Mas”.
Entah apa yang terjadi dengan Encam ia semakin takut melihat tatapan mbak-mbak itu, Encam tidak menjawab, ia lebih banyak diam, karena sudah tidak masuk diakal ia mau turun dimana, sedangkan bus tidak akan bisa berhenti di Cikarang hanya melewatinya. Embak-embak itupun terus melirik dengan tajam kearah Encam dan Kami semua, padahal Kami semua berpencar seakan akan - akan mereka tau Kami berempat, tak lama kemudian bus sudah melewati Cikarang mbak-mbak itupun tetap tidak turun karena bus lewat tol, tetapi tatapannya semakin tajam melihat Kami.
Akhirnya bus sampai Bekasi, tetapi bus yang Kami naiki adalah jurusan Pulogadung ia tidak berhenti di Bekasi Kami memang sudah rencana turun di tol sebelum Jatibening karena rumah Kami di Cikunir agar Kami cepat sampai ke rumah masing - masing.
Kami semua meminta izin turun kepada kondektur tetapi konektur dan supir ketakutan menurunkan Kami, Kami tetap memaksa akhirnya bus itupun tidak mau berhenti hanya mengurangi kecepatannya Kami berempat saat itu memaksa kondektur untuk membuka pintu bus akhirnya Kami berempat meloncat turun setelah turun tiaba-tiba Encam berteriak
"Kita di ikutin cewek itu ceweknya masih di dalam bus, gw curiga dia bukan orang?”
Kami bertiga kaget yang sebelumnya tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Saya hanya berpikir entah ada apa dengan Kami semua sepertinya Kami semua masih dalam keadaan mental yang benar - benar paranoid, sangat sensitif apabila melihat kejadian janggal.
Sesampainya Kami Semua di Rumah Masing-masing (Dampak dari lembah Ciremai)
Akhirnya Kami semua sampai kegang rumah daerah Kami dalam perjalanan orang-orang yang mengenali Kami ia menegur dan melihat Kami aneh dengan adanya luka - luka, sebelum Kami pulang kerumah masing - masing Kami selalu berkumpul dahulu kerumah Encam yang Kami anggap sebagai basecamp, ada beberapa teman Kami yang terus menanyakan kenapa dengan Kami semua, Kami tidak banyak menjawab terus terang Kami masih merasa percaya dan tidak percaya sudah sampai kerumah, setelah Kami sebentar berkumpul dirumah Encam Kami semua pulang kerumah masing - masing.
Saat Saya mengetuk pintu yang membuka pintu ternyata ibu Saya, Saya langsung memeluknya dan tak kuat menahan kebahagian yang benar-benar luar bisa ibu Saya menangis saat melihat keadaan Saya yang sangat kacau penuh dengan luka-luka, ibu Saya menyuruh Saya mandi, setelah Saya mandi Kami berkumpul ditengah rumah kedua orang tua Saya, kaka pertama Saya dan adik Saya semua berkumpul, ternyata keluarga Saya sudah punya rencan apabila hari minggu Saya belum sampai kerumah bapak dan kaka pertama Saya mau menjemput keGunung Ciremai bahkan Kaka pertama Saya sudah menghubungi teman-temannya yaitu salah satu organisasi pecinta alam dikampusnya, dalam pikiran keluarga Saya mereka akan hanya bisa membawa jasad Saya saja, karena Saya berkata pada waktu Kami meminta izin kepada kedua orang tua Saya paling lambat hari jum'at Kami sudah pulang. Bukan hanya karena itu saja mereka berpikir Saya sudah meninggal diGunung itu, karena banyak sekali kejadian janggal yang keluarga Saya alami selama Saya mendaki ke Gunung Ciremai, ibu Saya bermimpi di dalam mimpinya ada seorang anak lelaki seusia Saya datang kerumah meminta tolong ia berdiri di depan pagar rumah Saya,
"Bu tolong Bu?”
"Ia ada apa dek?”
"Saya hanya minta gula Bu!"
"Sebentar yah dek Ibu ambil dulu!”
Setelah ibu Saya mengambil gula dari dapur ingin memberikan kepada lelaki yang meminta gula itu ternyata lelaki itu sudah tidak ada, lalu adik Saya sama iapun bermimpi didalam mimpinya Saya meminta memotong rambut Saya dan dimandikan olehnya, tanda-tanda itulah yang membuat keluarga Saya sangat yakin pasti terjadi sesuatu dengan Saya, bukan hanya itu kaka ipar Saya pun mengalami kejanggalan Saya yang sering bernyanyi sambil bermain gitar di teras atas, kaka ipar Saya menanyakan kepada ibu Saya.
"Bu Utis dah pulang ya ?”
"Belum, tau nih sampai hari ini belum pulang padahal katanya jum'at paling lambat”.
"Yang bener Bu, tadi Saya denger dia main gitar sama nyanyi di atas?”
Dan ada satu lagi kejadian yang sangat aneh tapi nyata ceu Isah yang saat itu bekerja dirumah Saya dan kebetulan rumahnya berdekatan dengan Saya ia melihat Saya berdua teman Saya yang ia tidak kenal lewat didepan rumahnya ia memanggil Saya tetapi Saya tidak menjawab hanya cuek saja berjalan didepan rumahnya, lalu ceu Isah pun datang kerumah Saya menanyakan kepada ibu Saya,
"Bu, Utis sudah pulang yah, tadi Saya melihat dia berdua temannya lewat di depan rumah Saya, tapi gak biasanya dia gak jawab apa - apa waktu Saya pangil dia lewat aja”.
Itulah yang membuat keluaga Saya benar-benar takut terjadi sesuatu kepada Saya dalam pendakian.
Ternyata bukan hanya keluarga Saya saja yang diberikan tanda keluarga Naning pun mengalami kejadian janggal salah satu keluarganya di dalam mimpinya Naning meminta dibuat-kan rumah, menurut keluarga Naning setelah mendengar ada yang bermimpi seperti itu dan Naning sedang melakukan pendakian merekapun sama berfikir takut terjadi sesuatu kepada Naning.
Peking dan Encam Saya tidak mendengar ada kejadian apa di keluarganya selama ia pergi mendaki, hanya Saya mendengar langsung dari Encam keesokan harinya sekitar jam empat atau jam lima sore, ternyata setelah Kami pulang dari rumahnya kerumah masing-masing ia tidak berani tidur ia belum percaya 100% bahwa ia benar-benar sudah pulang ia takut kalau sampai tertidur ia tidak bisa bangun lagi untuk selamanya.
Sekitar satu bulan setelah pendakian Kami mendengar kabar Naning sakit sampai tidak bisa bangun dari tempat tidurnya sampai-sampai ia membuang air kecil dan air besar di tempat ia berbaring, anehnya ia sering berteriak kesakitan dan ia seperti orang yang kesurupan ia sering mengucapkan,
"Ki Sandang maya berada di lembah Gunung Ciremai?”
Obat dari dokterpun tidak bisa menyembuhkan Naning. Akhirnya, keluarganya meminta bantuan kepada para kiai (alim ulama) yang mengerti dunia selain alam kita ternyata para kiaipun yang dipanggil kerumahnya belum dapat menyembuhkannya, sampai ada salah satu orang pintar yang membacakan ayat suci Al-Qur'an. Anehnya orang itu belum selesai membacanya didepan Naning pada saat itu yang sedang sakit malah Naning sudah selesai mengulangi bacaan itu. Sudah beberapa orang pintar yang ingin menyembuhkan Naning hasilnya tetap sama, Naning sebelum teriak-teriak kesakitan ia selalu mendesis dahulu seperti ular lalu ia berteriak kesakitan, setelah beberapa bulan kemudian Naning sudah dapat bangun dari tempat tidurnya, Encam dan teman - teman yang lain menjenguk Naning dan yang anehnya dari beberapa orang yang menjenguk ada satu orang teman Saya yang di tampar hanya dengan kedua jari Naning langsung sobek mengeluarkan darah dari pipinya seperti di gores oleh silet.
Berapa bulan kemudian Kami bertiga Saya, Encam, dan Peking ingin sekali menjenguknya walaupun Ibunya Naning melarang Kami untuk menjenguknya, Kami bertiga tetap mendatangi rumah Naning, karena Kami mendengar kabar naning sudah agak membaik sudah tidak berteriak - teriak kesakitan, akhirnya Kami bertemu dengannya, pada saat Kami ke rumahnya naning ternyata sedang tertidur di sofa ruang tamu, mendengar suara Kami Naning langsung terbangun menyapa Kami fisiknya benar - benar terlihat seperti orang yang sehat, Kami sangat senang melihat Naning sudah sehat Naning langsung menyapa Kami,
"Oh lo kemana aja lo, Ayo seni kita ngopi bareng!”
Kami duduk didepan terasnya sambil mengobrol dan menanyakan keadaannya, Kami sangat dilarang oleh keluarganya apabila membahas tentang pendakian itu, Kami bertiga tidak sedikitpun membicarakan tentang pendakian, Kami sempat bertanya kepada Naning,
"Ning kenapa lo suka teriak kesakitan?”
“ kaya ada golok yang menyayat-nyayat badan gw, makanya gw suka usir tuh golok seeeeeeeetttt....Ssssssssseettt. Itu gw lakuin buat ngusir tuh golok soalnya kalau golok itu kena badan gw rasanya sakit banget”
Tiba - tiba Naning berkata,
"Wah lo masih inget gak kita kemaren itu ngedaki Ciremai!”
Kami bertiga sangat takut apabila Naning membicarakan itu, ternyata Naning benar - benar sangat aneh ia berbicara tentang pendakian, anehnya Naning masih ingat nama tempat Kami menuju Palutungan hingga lengkap nomor angkot dan nama jurusannya pokoknya benar-benar lengkap dan sangat detail ia menceritakan tentang pendakian, tidak lama kemudian Naning yang sebenarnya tidak bisa berbahasa inggris, melanjutkan cerita pendakian dengan menggunakan bahasa inggris sangat fasih, Kami semua kaget tiba-tiba ibunya marah-marah kepada Kami, Kami semua disuruh pulang oleh ibunya Naning, karena ibunya Naning menyangka Kami yang memancing membicarakan tentang pendakian, Kami benar-benar merasa sedih melihat salah satu kawan Kami mengalami hal seperti itu.
Kurang lebih satu tahun Naning mengalami sakit yang Kami semua tidak mengerti sebenarnya Naning sakit apa, Kami bersyukur bisa bertemu dengan naning ia walaupun belum sembuh 100% Naning sudah bisa main ketongkongan Kami. Tetapi tetap saja masih ada saja sikap Naning yang agak aneh apabila Naning sudah tertawa ia seperti orang yang tidak bisa mengendalikan tertawanya atau sulit menghentikan tertawanya sampai ia mengelurkan air mata, Kami melihat sebenarnya diri Naning tidak mau tertawa seperti itu tetapi ia seperti ada yang mengendalikan, apa mungkin karena Naning tidak melakukan Nazarnya entah apa Kami pun tidak mengerti. Kami bersyukur beberapa lama kemudian Kami bertemu Naning sudah membaik akhirnya semua bisa kembali seperti semula, sebelum Saya pergi keluar kota Saya bertemu Naning terakhir kalinya ia mengatakan keinginannya kepada Saya,
"Tis kita bikin reuni berempat yo tapi sekarang mah gak usah ke Gunung mending ke pantai aja gimana?”
Sayapun menjawab,
"Boleh aja ning kita obrolin lagi aja sama yang lainya!"
Setelah dari itu sampai saat ini Saya sangat jarang bertemu Naning dan Peking yang masih sering bertemu hannya Encam, Saya hanya mendengar kabar Naning sekarang sudah bekerja, Encam sekarang sudah menikah dan Peking sekarang tinggal di Lombok dengan istrinya, Peking lah yang memegang dokumen Foto - foto Kami selama pendakian, semoga Peking membaca dan ia mengupload foto - foto kenangan Kami semua, salam buat ketiga sahabatku dimanapun kalian berada gw selalu merindukan kebersamaan kita yang tidak pernah menyerah untuk "KEMBALI DENGAN SELAMAT" karena bukan puncak Gunung tujuan kita, tujuan yang sesungguhnya ialah, "Kami semua dapat kembali dengan selamat kepadanya" Amin Ya Robbal Alamin!"
Terungkapnya Sebagian Dari Teka - teki Misteri dan Mitos - mitos Yang Kami Alami Selama 3 hari Tersesat di Gunung Ciremai
Selama empat tahun Saya tinggal dikota Semarang untuk menyelesaikan pendidikan Saya disana, Saya sangat jarang sekali mendengar kabar berita tentang Naning dan Peking, yang masih sering bertemu hanya Encam saja karena kebetulan tempat tinggal Encam tidak jauh dari rumah Saya itupun hanya waktu Saya libur semesteran saja, Saya tidak pernah lagi mendaki bareng dengan mereka. Selama Saya tinggal diSemarang Saya melakukan pendakian sesekali dengan teman - teman kost Saya, singkat cerita akhirnya Saya lulus menyelesaikan pendidikan Saya selama empat tahun persisnya ditahun 2010, Saya pulang ke Bekasi dan seperti pada umumnya Saya mencari pekerjaan setelah Saya memiliki ijazah, akhirnya Saya bekerja di salah satu perusahaan di Jakarta tepatnya di Menteng.
Di perusahan tersebut Saya bekerja hanya setahun, lalu Saya menganggur saat itulah untuk mengisi kesibukan Saya mulai menulis pengalaman Kami tersesat. Karena Saya tidak memiliki basic dan bakat menulis atau tidak pernah menulis buku sebelumnya, entah kenapa Saya menulis tentang pengalaman Saya itu mengalir begitu saja Saya menuliskan seakan-akan Saya sangat jelas mengingat kejadian itu seperti baru saja terjadi padahal kejadian itu sudah belasan tahun yang lalu, Saya iseng - iseng tulisan tersebut Saya unggah diblogspot dan Saya share di Facebook tepatnya di tahun 2011, terus terang Saya tidak PD sebenarnya tapi Alhamdulillah saat Saya share hanya beberapa paragraf ada salah satu teman Saya yang merespon ia meminta untuk melanjutkan cerita Saya hingga selesai ia semakin penasaran ingin mengetahui pengalaman itu, padahal tulisan Saya sangat berantakan akhirnya Sayapun melanjutkan menulis cerita sampai selesai, setelah cerita Saya selesai teman Saya itu memberi masukan apabila ada dokumentasinya pasti lebih realistis lagi cerita tersebut menurutnya.
Saat Saya mendengar masukan tersebut Saya berpikir bagaimana foto-foto dokumentasi pendakian tersebut bisa Saya dapat karena saat Saya bertanya ke Encam dokumentasi itu Peking yang memyimpannya dan ia saat itu tinggal di Lombok, Saya tidak terlalu memperdulikan lagi cerita pengalaman Kami yang Saya sudah upload diblog pribadi Saya, kebetulan saat itu Saya sedang bekerja disalah satu perusahaan yang bertempat di Kuningan Jakarta Selatan.
Di sekitar tahun 2013 kalau tidak salah Saya mendapat kabar bahwa Peking sudah tidak tinggal di Lombok lagi entah tepatnya ditahun berapa Peking sudah gak di Lombok, dengan seiringnya waktu Saya mulai sering bertemu dengan Naning dan Encam, lalu Saya mulai mendengar Peking sudah tinggal di Karawang dengan istrinya.
Sekitar ditahun 2014 kalau tidak salah Saya bertemu dengan Peking dan Saya menanyakan dokumentasi itu jawaban Peking dia tidak tahu jelasnya dokumentasi itu di simpan di mana, karena semenjak ia tidak tinggal di Bekasi kamar Peking sudah dirapikan jadi ia tidak yakin apakah masih ada atau tidak ia mau tanyakan kepada orang tuanya, lalu Peking bercerita tentang masalah di tulang punggungnya ternyata tulang punggung Peking ada masalah dan merasakan sakit ia bilang sampai hari ini gw masih terapi untuk proses penyembuhan nih Tis, ia bilang ini ada hubungannya saat pendakian Gunung Ciremai itu, saat mendengar hal itu Saya jujur agak kaget sedangkan sudah belasan tahun lalu pendakian itu Kami lakukan.
Seiring waktu Alhamdulillah dokumentasi pendakian Kami ditemukan Peking lalu Peking memberikan kepada Saya, ternyata dokumentasi itu masih ada dengan albumnya tapi memang beberapa foto Kami banyak yang hilang namun yang Saya salut dengan Peking di album tersebut ternyata Peking masih menyimpan dengan lengkap surat jalan, tiket bus, hingga tiket masuk pendaftaran pendakian jalur Palutungan Saya tidak menyangka dan tidak tahu bahwa Peking masih menyimpan dengan rapih berkas pendakian tersebut. Dari situlah Saya mulai semangat lagi untuk melanjutkan share pengalaman pendakian tersebut di Kaskus dan media sosial Saya, Saya mulai melihat jumlah pengunjung diblog dan di Kaskus Saya Alhamdulillah terus bertambah dan ada yang memberi komentar yang cukup baik dari situlah Saya mulai bersemangat untuk berbagi kepada teman - teman pembaca semoga pengalaman Kami bisa bermanfaat bagi yang membacanya yang kebetulan sebagian besar pembaca adalah mereka yang memiliki hoby yang sama atau para pendaki juga, Saya meminta kepada teman-teman pembaca agar berkenan saling berbagi pengalamannya tentang pendakian mereka di Gunung tersebut. Salah satunya dari sanalah Saya mulai banyak lagi mendengar tentang hal-hal yang terkait dengan Gunung Ciremai dari teman - teman pembaca.
Saat Saya bertemu dengan Encam Saya menceritakan kepada Encam Saya menulis tentang pengalaman Kami tersesat di Gunung Ciremai, Encam yang sebelumnya tidak pernah tahu sama sekali bahwa Saya menulis pengalaman Kami saat tersesat yang Saya unggah didunia maya, Saya bilang ke Encam mungkin nanti ada yang mencari kita Cam untuk menanyakan pengalaman kita selama tersesat di Ciremai, bukan tanpa alasan Saya berbicara seperti itu karena Saya sudah mengupload foto-foto dokumentasi tentang pendakian tersebut dan Saya mendapat email dan komentar dari salah satu pembaca ada yang menanyakan kontak Saya dan ingin bertemu untuk menanyakan langsung kepada Saya terkait pendakian tersebut. Akhir - akhir itu Saya sering ngopi bareng dengan Encam bila waktu Kami libur, Encam sempat menceritakan pengalamannya waktu baru pulang dari pendakian Gunung Ciremai kurang lebih baru sebulan ia sudah diajak oleh salah satu teman Saya untuk menemani karena yang mengajak Encam ternyata ia membawa orang - orang yang katanya baru hoby naik Gunung, padahal badan Encam masih ada sisa-sisa bekas luka dari pendakian Ciremai, singkat cerita akhirnya Encam ikut pendakian tersebut saat mereka ngecamp saat sedang kumpul-kumpul diapi unggun dengan pera pendaki lain ternyata salah seorang dari rombongan Encam ingin dikeroyok para pendaki lain, saat itu Encam yang sedang istirahat di dalam tenda mendengar keributan diluar akhirnya Encam keluar dari tenda ia langsung mendekati tempat kejadian, entah kenapa setelah Encam menghampiri temannya itu yang ingin dikeroyok tiba - tiba para pendaki yang sudah emosi kepada teman Encam setelah melihat Encam seakan akan mereka reda tidak marah lagi bahkan seperti orang yang sudah akrab atau benar-benar mengenal Encam, akhirnya Alhamdulillah tidak terjadi apa - apa pada waktu itu suasana menjadi normal kembali, Encam dan teman-temannya itupun heran kenapa kok bisa seperti itu padahal Encam saat kejadian itu tidak melakukan apa - apa bahkan belum sempat banyak bicara untuk melerai kejadian itu, bahkan dari para pendaki yang sempat emosi ingin mengeroyok melontarkan kata,
"Oh Lo kirain siapa, kalau gak ada Lo gak tahu dah gw abisin tuh anak”
Benar-benar Encam bingung dia tidak mengenal salah satupun dari mereka para pendaki yang sempat marah itu ke salah satu temanya, Encam saat ngobrol dengan Saya ia mengatakan apa ada hubungannya gak yah dengan Ciremai karena waktu itu benar-benar belum lama jaraknya dari pendakian Ciremai.
Lalu di tahun 2015 kalau tidak salah di bulan Agustus atau di awal September ada salah seorang pembaca menanyakan kontak Saya dan ia sampai menelpon Saya ingin mengangkat pengalam Kami untuk dijadikan film dokumenter tujuannya untuk tugas akhir, saat Saya mendengar hal itu Saya belum menjawab mengiyakan karena Saya harus bertanya kepada yang lain, Saya saat itu tidak dapat memutuskan sendiri mengenai pengalaman tersebut karena ada ketiga teman Saya yang terlibat dalam pendakian tersebut. Lalu Saya membicarakan hal tersebut kepada Encam saja, karena yang lain Naning dan Peking Saya sangat jarang bisa bertemu karena Peking tinggal di Karawang sedangkan Naning kalau tidak salah ia tinggal di pondok gede pada saat itu dengan istrinya, jadi yang cukup mudah ditemui hanya Encam saja, selang beberapa hari Saya berbicara dengan Encam team yang ingin membuat film dokumenter itu tiba-tiba memberi kabar kepada Saya bahwa ia ingin menemui Saya di rumah, dia menanyakan alamat rumah Saya, tepatnya di hari libur mereka memberi kabar kepada Saya mereka sudah digang arah rumah Saya.
Akhirnya Saya dan Encam menemui team tersebut ia berjumlah lima orang, mereka sempat bingung mereka sangka Kami sudah berusia 40 tahunan keatas padahal kenyataannya tidak dan mereka juga menyangka masih ada bekas luka-luka pada saat pendakian itu Alhamdulillah tidak ada juga bekas itu, Kami semua merasakan suasana yang cukup akrab dengan team tersebut cukup banyak pertanyaan yang mereka sampaikan sampai Saya memberitahu kepada mereka album foto dokumentasi pendakian itu, mereka cukup kaget saat melihat dokumentasi Kami karena cukup lengkap mereka tidak menyangka bahwa Kami masih menyimpan surat jalan, tiket-tiket pendakian itu, saat melihat dokumentasi Kami mereka semua terlihat sangat antusias sekali setelah melihat-lihat album foto pendakian itu, salah seorang dari mereka berkata,
"Sebelum Saya mengetahui pengalaman mas Utis, Encam dan kedua temanya, Saya sudah menemui beberapa pengalaman pendaki lain yang tersesat juga tapi kebanyakan dari mereka ada yang tidak selamat, setelah salah seorang dari teman Kami yang membaca blog mas Utis Kami sangat tertarik karena mas Utis dan temannya semua selamat itu alasan Kami benar-benar ingin membuat film dokumenter untuk pengalaman mas Utis dan teman-teman?”
Dan team tersebut itupun mulai meminta kepada Kami untuk menceritakan hal-hal apa saja yang terjadi selama pendakian tersebut Saya dan Encam mulai menceritakan hal-hal yang terkait menurut Kami janggal selama pendakian, mereka lebih banyak menanyakan keadaan saat Kami berada di goa walet karena salah satu dari team tersebut ternyata ia seorang pendaki juga mungkin ia sangat penasaran dengan apa yang Saya ungkapkan mengenai goa walet, kejanggalan tentang goa walet adalah setiap kali Saya bertanya kepada seseorang yang pernah ke goa walet dan Saya tanyakan juga kepada team itu kondisi goa walet pasti jawaban mereka berbeda pengakuannya mereka pasti menjawab goa walet tidak sedalam yang Kami alami, mereka pasti menjawab goa walet gak kaya yang Lo ceritain dia gak dalam dan gak seluas yang Lo ceritain bahkan dari mulut goapun sudah kelihatan keseluruhan bagian goa itu, bahkan Saya mengalami seseorang yang pernah sampai ke goa tersebut sampai mengotot tetap goa walet kondisinya tidak seperti yang Kami alami karena orang tersebut sudah dua kali kesana, bisa di katakan Saya hanya mengada-ada saja tentang goa tersebut, Saya dan Encam melihat dari salah seorang team itupun sepertinya meragukan apa yang Kami alami kondisi di goa tersebut, dan ada lagi hal yang sangat diragukan oleh mereka yang Kami ceritakan tentang adanya pohon edelweis yang besar bahkan sampai bisa dipanjat pasti orang Saya ceritakan hal tersebut mereka langsung menjawab dengan spontan
"Gak ada lah kalau pohon edelweis sampai bisa dipanjat paling gede juga semana sih batang edelweis”.
Terus terang selama Saya mendaki hanya pendakian Ciremai sajalah Kami berempat baru melihat pohon edelweis sebesar itu dan bisa dipanjat oleh Naning saat ingin mengambil bunga tersebut dan cukup banyak pohon tersebut yang besar oleh karena itu Saya menyebut Padang edelweis, semoga bukan hanya Kami yang menemukan pohon edelweis sebesar itu semua itu Saya kembalikan kepada diri masing-masing mau mempercayai atau sebaliknya semoga teman-teman lain bisa menemukan pohon tersebut yang besarnya seperti Kami lihat dan Naning panjat.
Selain itu Kami menceritakan bahwa ada salah seorang yang Kami tuakan didekat rumah Kami saat ia mengetahui Kami tersesat disana anehnya ia bertanya kepada Encam apakah dari Kami berempat ada yang masih keturunan dari Banten karena menurut ia untuk ke Gunung Ciremai tidak boleh seseorang yang masih memiliki keturunan dari Banten menurutnya apabila yang masih ada keturunan dari daerah tersebut cukup besar kemungkinan untuk tersesat di Gunung tersebut, dan Saya mendapatkan kabar dari keluarga Saya yang berada di Sumedang dari mamang Saya, saat ia menceritakan waktu Saya tersesat kepada seseorang, orang itu menjawab untung dari Kami berempat masih ada keturunan dari Sumedang akhirnya Kami bisa selamat mendengar kedua kabar tersebut Saya terus terang tidak mengerti untuk hal tersebut semua itu menurut Saya Wallahualam.
Karena semua kita kembalikan lagi kepadanya karena itu hanya keyakinan seseorang semata dan yang terpenting tidak ada salahnya kita mulai mau mempelajari tentang kekayaan sejarah dan budaya bangsa kita semoga kita semua mendapatkan penerangan hal tersebut.
Kejadian Yang Dialami Oleh Team Pembuatan Film Dokumenter Saat Berada di Gunung Ciremai
Akhirnya singkat cerita dari pertemuan itu team tersebut memutuskan pengalaman Kamilah yang ingin diangkat untuk dijadikan bahan tugas akhir mereka dari sekian pengalam para pendaki yang pernah ia temui atau diwawancarai, merekapun merencanakan waktu pendakian untuk mengambil footage-footage langsung keGunung Ciremai untuk bahan film dokumenter, Saya dan Encam menyarankan apabila team tersebut ingin berangkat kesana untuk mengambil footage Gunung tersebut usahakan kalau bisa memberi tahu kepada Kami sebelum melakukan pendakian kesana.
Ternyata Saya cukup kaget salah satu dari team tersebut memberi kabar melalui Whatsapp ia sudah berada di Palutungan ia mengirimkan foto ladang wortel yang pernah Kami lewati, team tersebut menceritakan kepada Kami mereka membagi dua kelompok satu kelompok melakukan pendakian untuk pengambilan footage dan satu kelompok lagi ditugaskan mencari info yang terkait dengan pendakian Kami di desa Palutungan, kalau tidak salah team yang mendaki kepuncak berjumlah tiga orang dan team yang mencari keterangan terkait pendakian Kami di desa Palutungan sama berjumlah tiga orang juga, dihari Jum'at pagi team yang melakukan pendakian ia mulai melakukan pendakian, lalu team yang berada di desa Palutungan salah satu dari mereka menelepon Saya memberi kabar bahwa team yang melakukan pendakian sudah berangkat, dan team yang dibawah juga sudah memulai tugasnya yaitu mencari narasumber yang terkait dengan pengalaman Kami ia mencari pak Sandi, ibu warung tempat Kami makan, dan orang yang dituakan di desa Palutungan (kuncen). Keesokkan harinya team yang berada di bawah ia mengatakan memberi kabar kepada Saya ia ingin mewawancarai pak Sandi orang yang menjaga pos pendaftaran di Palutungan pada saat pendakian Kami pada waktu itu, mereka sempat mengirimkan foto saat sedang ingin memulai wawancara dengan pak Sandi untuk memastikan apakah benar itu orangnya yang sama pada saat Kami mendaftar untuk pendakian pada waktu itu pak Sandi sama ternyata benar itulah orang, satu orang dari mereka sedang menelpon Saya ingin memberitahu bahwa mereka sudah akan melakukan wawancara mendadak team tersebut memutuskan obrolan di telpon, setelah beberapa saat team tersebut ia menelpon Saya memberi kabar wawancara di tunda dengan pak Sandi, Karena pak Sandi dan warga setempat harus melakukan evakuasi bahwa ada empat orang pendaki dari Indramayu yang meninggal tersambar petir tepatnya di Buper Palutungan, saat itu memang sedang turun hujan dan angin yang cukup kencang disekitar desa Palutungan, mendengar kabar itu Saya cukup kaget, Saya langsung teringat dengan team yang mendaki sedang berada diatas sana, Saya langsung bertanya kepada team yang di bawah apa mereka yang sedang muncak membawa HT agar segera bisa menghubungi mereka yang diatas ternyata mereka tidak membawa HT, padahal waktu itu Saya sudah menyarankan kepada mereka. Terdengar jelas seseorang dari team yang menelpon Saya sudah sangat mengkhawatirkan dengan teman - temannya yang masih berada diatas sana ia memohon agar Saya membantu berdoa untuk mereka semoga tidak terjadi apa-apa kepada seluruh team yang sedang berada disana. Saat itu kira - kira sebelum Ashar Saya mendapat kabar lagi team yang sedang turun belum memberikan kabar kepada team mereka yang dibawah, team yang berada di desa Palutungan mulai meminta pertolongan kepada ranger dan salah satu TNI disana. Kalau tidak salah TNI itu masih saudara dari salah seorang team tersebut apabila jam 20:00 WIB, Mereka belum juga turun mereka akan di jemput, sekitar habis Magrib Alhamdulillah Saya mendapat kabar dari mereka ternyata mereka sudah turun sudah sampai di Palutungan ternyata mereka waktu turun terkena badai jadi mereka harus menunggu sampai kondisi aman itu pengakuan dari mereka.
Ungkapan dan Penjelasan Kuncen Serta Narasumber Terkait Hal-hal Yang Terjadi Saat Kami Tersesat di Gunung Ciremai
Beberapa Minggu kemudian setelah pendakian yang mereka lakukan itu, salah seorang dari mereka menghubungi Saya untuk melanjutkan proses pembuatan film dokumenter tersebut, merekapun datang lagi kerumah Saya Alhamdulillah Kami masih bisa berkumpul lagi dengan mereka, saat itu yang menemui mereka masih Saya dan Encam saja. Mereka mulai menceritakan selama mereka berada disana, salah satu dari mereka bercerita mengenai pendakian yang dilakukan team yang bertugas mengambil footage-footage diGunung Ciremai, saat itu Jum'at pagi ia mulai mendaki di tengah-tengah pendakian mereka bertemu dengan tiga orang bapak-bapak yang sedang turun dari atas namun yang janggal menurut mereka ketiga orang tersebut berpakaian lengkap seperti orang yang mau berangkat kemasjid lengkap dengan sarung, kopiah, dan baju koko, merekapun bertanya kepada ketiga orang itu,
"Bapak hanya bertiga saja dan dari mana Pak?”
"Dari puncak sana dek, Kami tidak hanya bertiga ada teman satu lagi di belakang nanti menyusul”. Jawab Si Bapak.
Team tersebutpun melanjutkan lagi perjalanannya sampai pada waktunya mereka beristirahat salah seorang dari team saat ia istirahat merasa ada yang mengikutinya seakan-akan seperti ada yang mengintip saat mereka istirahat dari balik pohon dekat mereka istirahat tapi saat ia melihat kearah yang mengintip tidak ada apa-apa mereka anggap itu hanya perasaannya saja, lalu merekapun melanjutkan lagi pendakiannya hingga sampailah kepuncak Gunung Ciremai, mereka teringat dengan perkataan bapak-bapak tadi yang bertemu di jalan katanya ada satu lagi temannya yang akan menyusul mereka bertiga turun, tetapi team tersebut tidak menemukan siapa-siapa lagi saat mereka sampai di puncak itulah salah satu kejanggalan yang mereka alami saat proses pendakian. Lalu team tersebut menunjukan video hasil rekaman mereka di goa walet, ternyata benar hasil rekaman video mereka sangat berbeda dengan kondisi saat Saya dan ketiga teman Saya waktu menginap di goa walet pada saat itu, Saya dan Encampun sempat terdiam sebentar saat melihat video hasil rekaman mereka, di video tersebut goa walet tidak sebesar dan seluas apa yang Saya alami waktu itu, bahkan team tersebut dapat menjangkau keseluruhan bagian goa tanpa bantuan penerangan bisa dikatakan goa tersebut cukup kecil intinya tidak seperti apa yang Saya alami, persis ungkapan para pendaki yang pernah Saya tanya sebelumnya yang pernah kegoa walet ukuran goa sama dengan hasil video rekaman mereka itu.
Lalu seorang dari team mereka yang mewawancarai salah satu kuncen di desa Palutungan mulai menceritakan pernyataan dari kuncen tersebut mengenai goa walet ternyata di goa walet tersebut ia mengatakan ada pesantren goib dan goa itu bisa terlihat seperti apa yang Saya lihat dengan ketiga teman Saya menurutnya benar itu bisa terjadi atau bisa saja seperti itu adanya kondisi goa walet namun apabila seseorang itu memiliki Indra keenam atau kemampuan melihat alam lain. Saat Saya mendengar pernyataan itu yang disampaikan mereka Saya hanya bisa terdiam, dan cukup menjawab rasa penasaran Saya tentang situasi dan keadaan goa walet saat Kami berada disana pada waktu itu.
Untuk pernyataan pesantren goib yang disampaikan kuncen itu yang berada di goa walet entah ada hubungannya dengan team yang melakukan pendakian saat mereka bertemu dengan ketiga orang bapak-bapak yang sedang menuju turun dari puncak Ciremai yang berpakaian seperti orang yang mau berangkat kemasjid dan kebetulan saat itu team yang melakukan pendakian tepat di hari Jum'at apakah hal itu ada kaitannya dengan pesantren goib yang berada disana Wallahualam. Ada hal juga yang disampaikan dari team ia mendapat informasi seseorang yang pernah menginap digoa walet selama tiga bulan nama beliau Krisna, ia menanyakan kepada Kami apakah Kami pernah tahu orang tersebut Saya dan Encam menjawab Kami tidak tahu sedikitpun tentang orang tersebut bahkan Kami baru mendengar dari mereka, jadi masih banyak lagi hal-hal terkait tentang goa walet biarlah hal itu kita jadikan untuk menambah keimanan kita, semua itu kembali lagi kita serahkan kepada sang pencipta karena itu termasuk salah satu bukti kebesarannya,
"Walaupun air laut dijadikan tinta untuk menuliskan kebesarannya bahkan air laut itupun ia tambahkan lagi tetap saja tak akan mampu untuk menuliskan kebesarannya”.
Lalu mereka menyampaikan kembali hasil wawancara dari kuncen tersebut mengenai apa yang pernah Kami lihat saat tersesat dimalam pertama, tentang perkampungan yang berada di lembah Gunung Ciremai yang saat itu Kami lihat dengan jelas hingga terlihat genting-genting pemukiman saat Kami disana, ungkapan dari kuncen tersebut mengenai kampung di lembah Gunung Ciremai konon katanya memang benar keberadaanya ada sebuah perkampungan di lembah Gunung Ciremai yang diberi nama atau sebutan kampung mati kampung itu entah kemana saat ini keberadaanya tidak diketahui dengan persis bisa dikatakan kampung tersebut menghilang begitu saja atau lenyap keberadaannya, kemungkinan Kami saat tersesat waktu itu ditunjukan keberadaannya itulah ungkapan dari kuncen tersebut.
Ada satu hal lagi yang sangat cukup menarik mengenai kesaksikan dari keluarga ibu warung tempat Kami makan setelah Kami selamat, team tersebut mencari dimana warung itu berada dari penjelasan Saya waktu sebelum mereka berangkat, mereka menanyakan dan mencari informasi dari warga sekitar Palutungan karena kondisi disana sangat berbeda dengan kondisi di tahun 2002 waktu Kami melakukan pendakian, singkat cerita mereka akhirnya menemukan rumah keluarga ibu warung yang sudah tidak berjualan lagi dan ternyata ibu pemilik warung itupun ternyata sudah meninggal dunia,
"Mari kita mendoakan untuk ibu warung itu semoga amal ibadahnya diterima Allah SWT, amin ya robbal alamin".
Saat itu team hanya bertemu dengan keluarganya dan anaknya yang membantu berjualan pada waktu itu, teampun melakukan wawancara dengan anaknya team tidak begitu yakin akan mendapatkan informasi yang terkait tentang Kami karena hanya bisa mewawancarai anaknya saja mengapa seperti itu karena sebelumnya team sudah mewawancarai pak Sandi saja orang yang menjaga pos Palutungan waktu Kami mendaki yang sempat beberapa menit bertatapan langsung dengan Kami saja, saat team menunjukan album foto dokumentasi Kami yang mereka bawa itu pak Sandi tidak ingat satupun dari Kami berempat dan bahkan data pendaki waktu itu tidak ada nama-nama Kami didaftar pendakian, dari pengakuan pak sandi sejak Gunung Ciremai berubah status dari hutan lindung menjadi kawasan taman Nasional tepatnya 19 Oktober 2014 diresmikannya, data pendakian ditahun sebelumnya tidak tercatat dengan rapih karena pencatatan waktu itu masih manual atau ala kadarnya, yang Saya pernah ungkapkan pada waktu Kami mendaftar pendakian pos pendakian memang terlihat sudah tidak layak atau sudah jarang berfungsi itu mungkin salah satu alasan data Kami tidak ditemukan. Tetapi yang sangat membuat kaget team tersebut saat mewawancarai anak ibu warung ternyata di luar dugaan mereka saat ditunjukan foto-foto Kami, anak ibu warung saat melihat-lihat album dokumentasi Kami, ternyata ia masih mengenali salah satu dari Kami berempat anak ibu warung mengenali Naning saja dari Kami berempat saat melihat foto-foto dokumentasi Kami, Ia berkata,
"Kalau yang ini Saya tahu Saya masih ingat dia malah di kasih sarung sama alm.ibu Saya, ibu memberikan sarung keorang ini, yang di maksud orang ini itu Naning, tapi kalau yang ketiga lainnya Saya tidak tahu”.
Saat itu juga salah seorang team yang mewawancarai saat mendengar pernyataan itu ia langsung menelpon Saya untuk menanyakan pengakuan anak ibu warung yang masih mengenali Naning saja dari Kami berempat, Sayapun langsung menjawab Saya masih sangat ingat persisi kejadian itu tidak ada salah satu dari Kami yang diberikan sarung oleh ibu warung saat itu, team yang sedang menelpon Saya menjawab beneran mas anak ibu itu sangat yakin dan ingat bang Naning dikasih sarung saat kewarung katanya bang Naning kondisinya kedinginan makanya ia dikasih sarung kata anak ibu itu.
Akhirnya setelah team menjelaskan hal itu dan sudah tahu jawaban langsung dari Saya merekapun melanjutkan mewawancarai anak ibu warung itu dan akhirnya anak ibu warung itu mengirimkan salam kepada Kami berempat agar Kami bisa main kerumahnya untuk bersilaturahmi, saat mendengar hal itu jujur Saya sangat ingin bersilaturahmi dengan keluarga ibu warung semoga Kami secepatnya bisa bersilaturahmi ke sana.
Itulah penjelasan orang - orang yang terlibat dari pengalaman Kami waktu itu.
Singkat cerita Setelah itu team tersebut memberi kabar kepada Saya film dokumenter sudah ditahap kurang lebih 70% di saat itu mereka terlihat kurang terbuka kepada Kami mengenai film tersebut, disuatu hari waktu mereka ke rumah masih dalam proses pengerjaan film tersebut tiba-tiba salah seorang dari mereka mendapat telepon entah dari siap mereka memenangi festival film dokumenter kebetulan ia juara 1, tanpa mereka sadari mereka spontan saat mendengar kabar itu histeris mengungkapkan kegembiraannya didepan Kami berdua, Sayapun dan Encam langsung bertanya.
" Menang apa Lo sampe seneng banget?”
"Ia Kang, Kami menang festival film dokumenter tentang pengalaman akang dan teman - teman malah film Kami juara 1 Kang!"
Saya saat mendengar itu sudah mulai tidak mengerti apa maksudnya dari team tersebut, awal Kami mau membantu atau bekerja sama dengan mereka karena mereka memohon pembuatan film dokumenter pengalaman Kami untuk tugas akhir, namun kenyataanya mereka tidak sesuai dengan apa yang ia katakan sebelumnya, saat ia mengikutkan festival film dokumenter pengalaman Kami, ia tidak pernah membicarakan sedikitpun kepada Kami, bahkan beliau sudah mendapatkan produser untuk film dokumenter Kami, jangankan membicarakan tentang materi, Kami berempat sedikitpun tidak mengharapkan apapun dari mereka bahkan saat Kami semua diwawancarai untuk menceritakan pengalaman Kami Masing-masing, saat itu rumah Peking yang paling jauh dari rumah Saya dia rela dari Karawang ke rumah Saya untuk membantu team tersebut pada saat itu, ia berangkat malam agar bisa melakukan wawancara yang sudah ditentukan besok pagi sampai ia membawa anaknya yang masih kecil dan istrinya menggunakan motor. Ia sangat ikhlas tak mengharap imbalan apapun karena itu semua bertujuan hanya untuk bisa membantu orang yang membutuhkannya dia sangat senang dirinya apabila bisa membantu seseorang atau Kami bisa bermanfaat untuk orang lain, namun apa yang terjadi team tersebut saat Saya meminta hasil film dokumenter yang mereka buat malah Saya ditanya balik oleh salah satu team mereka ia bilang
"Memang Mas Utis mau jual kemana filmnya?”
Saat mendengar hal itu Saya spontan emosi ternyata seperti itukah mereka, sebenarnya Kami berempat memiliki hak untuk mengetahui hasil film tersebut namun kenyataanya malah mereka bersikap seperti itu kepada Kami.
Kami tidak pernah diberitahu film tersebut bahkan salah satu dari mereka memaksa Kami berempat untuk menandatangani tanda tangan sebuah surat terkait film dokumenter itu, Sayapun langsung menolak Saya tidak akan pernah menandatangani film tersebut dan ke tiga teman Sayapun sama, mereka tidak ingin menandatanganinya, bahkan team tersebut berusaha menghubungi satu persatu dari Kami namun tetap saja Kami tidak ada yang mau untuk melakukan itu.
Akhirnya salah satu dari team mereka mengirimkan film dokumenternya namun tidak sesuai dengan apa yang ada bisa dikatakan mereka ingin membodohi Kami ia mengaku itu hasil filmnya yang mereka buat, dan mengirimkan trailernya sudah sangat berbeda kualitasnya sampai hari ini, Kami tidak mengetahui karya mereka yang sudah menjuarai salah satu festival film dokumenter, saat trailer di berikan kepada Saya, salah seorang dari mereka menghubungi Saya ia bilang apabila Saya ingin meng-upload trailer tersebut minimal harus menunggu satu tahun dari sekarang.
Dari situlah Kami dan mereka tidak ada kabar lagi bahkan nomor telepon dan akun Facebook mereka dan emailnya sudah tak aktif lagi saat Saya coba cek, itulah salah satu pengalaman Kami bertemu dengan team pertama pembuatan film dokumenter, setelah itu ada lagi salah satu team stasiun TV swasta yang menemui Saya beliaupun sama ingin membuat film dokumenter pengalam Kami untuk salah satu acara baru di stasiun TV nya yang mengangkat genre horor ia meminta izin agar Saya mau diwawancarai namun Saya jawab Saya tidak bisa memutuskan sendiri untuk hal itu dengan kata lain Saya menolak karena ketidak jelasan mereka, lalu ternyata stasiun TV tersebut menayangkan film dengan benang merah bercerita pengalaman Kami namun pemerannya atau tokohnya diubah menjadi ada satu wanitanya, entah apa yang ada di kepala mereka.
Dan yang terbaru beberapa bulan yang lalu Saya kedatangan lagi seorang jurnalis dari salah satu stasiun TV swasta yang ingin mengundang Saya ke studionya untuk mengangkat pengalaman Kami di acara barunya bergenre horor dengan versi podcast. Kami bertemu dengannya jurnalis tersebut sekitar jam 11 malam ia sampai di rumah Saya saat itu Kami membicarakan hal yang direncanakan untuk pembuatan podcas terkait dengan pengalaman tersesat Kami. Saat itu Kami berempat Saya, Encam, salah satu teman SD Saya, dan jurnalis tersebut. Seperti biasa Kami semua langsung merasa akrab begitu saja, obrolanpun mulai seru karena ada kesamaan cara berpikir Kami atau memiliki cara pandang yang sama dengan Kami hingga tak sadar adzan subuh pun berkumandang lalu kita bubar, berapa hari kemudian karena jurnalis itu tidak ada kabar lagi Saya coba mengabarinya ternyata beliau setelah pulang dari rumah Saya pada hari itu ia langsung masuk IGD.
Katanya setelah pulang dari rumah Saya setelah Kami membicarakan podcast yang ingin ia buat terkait pengalaman Kami badan ia terasa lemas hingga ia harus ke IGD, setelah beberapa hari kemudian Sayapun menanyakan keadaan dia ia menjawab sudah sehat dan sudah kembali lagi beraktifitas namun entah ada apa yang awalnya ia sangat ingin mengangkat pengalaman Kami seakan-akan seperti tidak pernah ada rencana untuk pembuatan podcas yang mengangkat pengalaman Kami itu, sampai hari ini ia tidak sama sekali memberi kabar. Semoga untuk semua yang pernah ingin mengangkat pengalaman Kami selama tersesat 3 hari di Gunung Ciremai, apapun niat dan maksudnya semoga mereka semua selalu sehat dan dilindungi Allah SWT, karena ada sebuah pepatah mungkin rambut kita sama hitam namun dalam hati seseorang tak pernah dapat kita ketahui, Wassalam.